kritik sering kali bukan berasal dari isi ucapannya, tetapi dari siapa yang mengatakannya

kritik sering kali bukan berasal dari isi ucapannya, tetapi dari siapa yang mengatakannya

Kamis, 12 Juni 2025, Juni 12, 2025

Luka yang ditinggalkan oleh kritik sering kali bukan berasal dari isi ucapannya, tetapi dari siapa yang mengatakannya. Ketika seseorang yang kita hormati mengkritik kita—entah itu guru, orang tua, sahabat, atau sosok panutan—kata-katanya menembus lebih dalam karena kita memberi mereka tempat khusus dalam hati dan pikiran. Rasa hormat yang kita berikan membuat kita lebih terbuka, lebih rentan, dan ketika mereka menunjukkan kekurangan kita, rasa kecewa dan sakit hati itu bisa terasa seperti pengkhianatan, meskipun itu bukan niat mereka.

Namun, justru karena berasal dari orang yang kita hormati, kritik tersebut patut diperhatikan. Mungkin di balik rasa sakit itu ada cerminan kejujuran, peduli, atau harapan yang besar terhadap kita. Orang yang tidak peduli biasanya tidak akan repot-repot memberi masukan. Maka, walau pahit, kritik dari orang yang kita hormati bisa menjadi titik balik untuk tumbuh lebih dewasa—jika kita mau menerimanya dengan hati yang lapang dan kepala dingin.

Penting untuk membedakan antara kritik yang membangun dan kata-kata yang menjatuhkan. Hormat bukan berarti pasrah, dan luka bukan berarti musuh. Terkadang, kritik yang menyakitkan adalah bentuk cinta dalam rupa yang paling keras. Dan dalam diam kita mengerti, bahwa kadang yang menyakitkan justru menyelamatkan.

TerPopuler